Denpasar (NS7) - Sebelum memulai sembahyang, baik Panca Sembah, Tri Sandhya dll, beberapa mantram berikut disebutkan untuk penyucian (mensucikan) badan dan sarana persembahyangan, sebagaimana yang dijelaskan dalam sumber kutipan Mantra Tri Sandhya dalam Mantram Puja Tri Sandhya. Setelah duduk dengan tenang, dan suasananya telah tenang ucapkan mantram ini:
MANTRAMPUJA TRI SANDYA DAN PANCA SEMBAH I. Doa Tri Sandhya Duduk (Padmasana, Sidhasana, Silasana, Vajrasana) OM PRASADA STHITI SARIRA SIVA SUCI NIRMALA YA NAMAH SVAHA Artinya: Om Sanghyang Widhi Wasa, Yang Maha Suci, pemelihara kehidupan, hamba puja Dikau dengan sikap yang tenang. Pranayama : 1) Puraka (Menarik nafas)
Padaumumnya, sebelum melakukan persembahyangan, baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah, didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut: Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini: Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalĂ ya namah swĂ ha
Hinduseperti kepercayaan masyarakat tentang Sanggah Kamulan.Kepercayaan rakyat, atau yang sering disebut dengan "takhyul", adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap sederhana bahkan pander, tidak berdasarkan logika, sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggung jawabkan (Dananjaya, 1984: 153). Hampir setiap karang perumahan di Bali, pada bagian hulu atau udiknya
Susilaberasal dari bahasa Sanskerta,yaitu kata "Su" yang artinya baik, dan "Sila" yang artinya tingkah laku. Jadi Susila adalah tingkah laku yang baik. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan pasti bergantung dengan orang lain,maka manusia disebut mahluk so s ial. D alam hidup tersebut, perlu adanya suatu peraturan untuk mengatur kehidupan ini. . Peraturan dalam bertingkah laku yang
Trisandyaterdiri dari dua kata, yaitu "Tri" artinya tiga, "Sandya"artinya sembahyang. Jadi Trisandya artinya sembahyang tiga kali sehari. Puja Trisandya diucapkan secara lengkap keenam baitnya, karena tiga bait pertama adalah puja-puji kepada Ida Sang Hyang Widhi, dan tiga bait terakhir adalah permohonan ampun dan kepasrahan kepada-Nya.
. Uploaded byYan Mustika 83% found this document useful 6 votes15K views3 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document83% found this document useful 6 votes15K views3 pagesMantram Tri SandyaUploaded byYan Mustika Full descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
- Mantra Panca Sembah Yang Benar adalah doa utama yang dilakukan setelah melakukan Doa Tri Sandya. Mantra atau doa panca sembah wajib dilaksanakan dalam persembahyangan sehari-hari, maupun persembahyangan di Pura atau tempat persembahyangan lainnya. Sarana persembahyangan yang pada umumnya digunakan umat Hindu meliputi Bunga, Dupa dan Air Suci Tirtha. Di beberapa tempat sebutan Mantra Panca Sembah terkadang sedikit berbeda. Di Bali sering kita dengar dengan Doa Kramaning Sembah. Seperti sebutannya “Panca” maka doa ini terdiri dari 5 runtunan doa. Berbeda dengan Mantra Kramaning Sembah yang terkadang lebih dari 5 doa, tergantung dari upacara/yadnya yang sedang berlangsung ditempat itu. Sedangkan, Dr. Poniman menerangkan dalam buku Tradisi Cinandi di Banyuwangi, hal pertama yang dilakukan dalam ritual permohonan tirtha suci adalah tirtha penglukatan, yaitu pensucian diri manusia dengan cara dipercikan air oleh pemangku sebanyak tiga kali. Setelah selesai, selanjutnya adalah persembahyangan. Selama pemangku melakukan tugasnya memohon tirtha, maka peserta melantunkan kidung-kidung pengiring pemujaan. Kidung yang pertama dipakai adalah Asmorondono bowo Dandanggulo, setelah itu dilanjutkan dengan kidung Kinanti. Jika tirtha telah selesai dimohonkan, selanjutnya adalah melakukan sembah bhakti. Jika sudah, ritual kembali dilanjutkan dengan melakukan kramaning sembah sambil memercikkan tirtha wangsuhpada. Setelah mendapatkan tirtha wangsuhpada, barulah melakukan pengucapan mantra panca sembah secara bersama-sama yang dipimpin oleh Romo Mangku. Teks MantraPanca Sembah Teks Mantra Panca Sembah yang benar ini sudah disesuaikan dengan doa secara umum dan nasional. Mantra Panca Sembah ini sudah diklarifikasi oleh Pinandita Pura Satya Loka Arcana yaitu Mangku Ida Bagus Nyoman Adnyana. Disamping itu juga merujuk beberapa sumber di Institusi PHDI Pusat atau Daerah. Sembah Pertama Tanpa Bunga Puyung/Tangan Kosong. Om atma tatwatma suddha mam svaha Sembah Kedua Dengan Bunga Sang Hyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya Om Adityasya param jyoti, Rakta teja namostute sveta pangkaja mandyastha bhaskara ya nama stuteOm pranamya bhaskara devam, Sarva klesa vinasanam pranamya ditya sivartham, bhukti buktivaram pradamOm rang ring sah parama siva dityaya nama namah svaha Sembah Ketiga Dengan Bunga Sang Hyang Widhi sebagai Ista Dewata Om namo devaya adhistanaya sarva vyapi vai sivaya padmasana eka pratisthaya ardhanareswaryai namo namah Swaha
MUTIARAHINDU - Mantra Kramaning Sembah atau Panca Sembah diucapkan setelah melaksanakan puja Tri Sandya. Di pura-pura pada umumnya, jika sembahyang bersama dengan pemangku dikatakan seperti ini "Umat Sedharma, Setelah puja Tri Sandya kita Lanjutkan dengan Kramaning Sembah atau Panca Sembah". Image; putupradnyaa Sembah pertama diawali dengan sembah muyung tanpa sarana, setelah itu dilanjutkan dengan sembah siwa aditya, dilanjutkan dengan, Ista Dewata, Mohon Anugera, dan diakhiri dengan Sembah Muyung tanpa sarana. ditutup dengan parama santi. Sebelum melaksanakan panca sembah ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni sebagai berikut Persiapan Sembahyang Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan bathin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan. Termasuk dalam persiapan lahir ialah sarana penujang sembahyang seperti pakiannya harus bersih dan rapi, bunga dan dupa, sedangkan persiapan bathin ialah ketenangan dan kesucian pikira. Langkah-langkah persiapan dan sarana prasarana sembahyang adalah sebagai berikut Asuci Laksana Pertama-tama orang membersihkan badan dengan mandi. Kebersihan badan dan kesejukan lahir mempengaruhi ketenangan hati. Pakaian Pakaian waktu sembahyang supaya diusahakan pakaian yang bersih serta tidak mengganggu ketenangan pikiran. Pakaian yang ketat dan warna yang mencolok hendaknya dihindari. Pakaian harus disesuaikan dengan dresta kebiasaan setempat, supaya tidak menarik perhatian orang. Bunga atau Kwangen Bunga atau Kwangen adlaah lambang kesucian, suapay diusahakan bunga yang segar, bersih dan harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kwangen dapat diganti dengan bunga. Ada beberapa bunga yang tidak baik untuk sembahyang. Menurut Agastyaparwa, bunga tersebut adalah Bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa digoncang, bunga-bunga yang berisi semut, bunga yang layu yaitu bunga yang lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh di kuburan. Itulah jenis-jenis bunga yang tidak patut dipersembahkan. Dupa Apinya dupa adalah symbol Sang Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah kita kepada Sanghyang Widhi, setiap yajna dan pemujaan tidak luput dari penggunaan api. Hendaknya ditaruh sedemikian rupah sehingga tidak membahayakan teman-teman di sebelah ketika sembahyang. Tempat Duduk Tempat duduk hendaknya diusahakan tidak mengganggu ketenangan untuk sembahyang. Arah duduk ialah menghadap pelinggih. Jika mungkin agar menggunakan alas duduk seperti tikar dan sebagainya. Sikap Duduk Sikap duduk dapat dipilih sesuai dengan tempat dan keadaan serta tidak mengganggu ketenangan hati. Sikap duduk yang baik untuk pria ialah sikap duduk bersila Padmasana, Silasana, Sidhasana dan badan tegak. Sikap duduk bagi wanita ialah Bajrasana yaitu sikap duduk bersimpuh dengan dua tumit kaki diduduki. Dengan ssikap ini badan menjadi tegak lurus, sikap ini sangat baik untuk menenangkan pikiran. Sikap Tangan Sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang ialah “Cakupan kara kalih” yaitu kedua telapak tangan dikatupkan dan diletakkan di atas di depan ubun-ubun. Bunga atau Kwangen dijepit pa ujung jari tengah. Setelah semuanya tersedia, maka dilanjutkan dengan Panca sembah atau Kramaning Sembah. Pada umumnya, persiapan di atas sudah disiapkan sebelum melaksanakan puja tri sandya, jadi langsung ajah masuk ke Panca sembah atau Kramaning Sembah. Adapun langkah-langkah Kramaning Sembah adalah sebagai berikut Urutan-urutan Sembah Urutan-uruta sembah, baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama adalah seperti dibawah ini, dengan catatan apabila dipimpin oleh Sulinggih atau Pinandita maka umat melafalkan mantra/mantra di dalam hati. Kramaning Sembah 1. Sembah pertama tanpa bunga sembah puyung ucapkan mantra “Om Atma Tattvatma Soddha Mam Svaha” Terjemahan “Om Atma atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba” Dana Dan Suratnaya, 2013 60-61. 2. Sembah ke dua yaitu Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagaiSanghyang Aditya dengan sarana bunga ucapkan mantra “Om Adityasyaparam jyotih Rakta teja namo’stute Svetapangkaja madhyasthah Bhaskarayo namo’stute” Terjemahan “Om Sanghyang Widhi Wasa, sinar Surya Yang Maha Hebat, Engkau bersinar merah, hormat padaMu, Engkau yang beradah ditengah-tengah teratai putih, hormat padaMu pembuat sinar” Dana Dan Suratnaya, 2013 61. 3. Sembah ketiga menyembah Sanghyang WIdhi Wasa sebagai Ista Dewata dengan Sara Kwangen atau Bunga. Ucapkan mantra “Om namo devaya adhistanaya Sarva vyapi vai sivaya Padmasana eka prathistaya Ardhanaresvarya namah svaha”. Terjemahan “Om Sanghyang Widhi Wasa, hormat kami kepada Dewa yang bersemayam di tempat utama kepada Siwa yang sesungguhnya berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tepat, kepada Ardhanaresvarya hamba menghormat” Dana Dan Suratnaya, 2013 62. 4. Sembah ke empat Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagai pemberih anugerah, dengan sarana kwangen atau bunga ucapkan mantra “Om nugrahaka manohara, Deva dattanugrahaka, Arcanam sarva pujanam, Namah sarvanugrahaka, Om Deva devi mahasiddhi yajnangga nirmalatmaka, Laksmi siddhisca dirgahayuh Nirvighna sukha vrddhisca”. Terjemahan “Om Sanghyang Widhi Wasa,, engkau yang menarik hati, pemberih anugerah anugerah pemberian Dewa, pujaan dalam semua pujian, hormat padaMu pemberih semua anugerah. Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud Yajna, pribadi suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, kegembiraan dan kemajuan” Dana Dan Suratnaya, 2013 63. 5. Sembah ke Lima, Sembah Tanpa Bunga Sembah Puyung ucapkan mantra “ Om Deva Suksme Paramacintya Namag Svaha” Terjemahan “Om Sanghyang Widhi Wasa, hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi, yang maha gaib” Dana Dan Suratnaya, 2013 64. Setelah persembahyangan selesai Panca Sembah dilanjutkan dengan memohon Tirtha air suci dan Bija/ Wibhuti. Perlu diketahui bahwa Secara literal “Mantra” artinya “itu yang melindungi ketika direnungkan” Mantra Samhita, 2013 6. Chawdhi 2003 97 menjelaskan mantra adalah sebuah pola gabungan kata-kata bahasa Veda yang diindentikkan dengan dewa atau dewi tertentu. Mantra adalah sejumlah huruf, kata yang dijadikan satu. Di dalam buku Rahasia Yantra, Mantra dan Tantra Dr. L. R. Chawdhri, 2003 97 dijelaskan bahwa Mantra digunakan dalam sadhana Tantra atau berbagai ritual, diucapkan atau diulang-ulang dalam berbagai kombinasi dan konteks, yang kemudian membuat pola vibrasi tertentu. Seseorang juga dapat mencapai kesehatan yang baik, nasib baik dan kemenangan atas musuh dengan mengucapkan mantra tertentu.
JAKARTA, - "Puja Trisandaya" atau "Trisandaya" merupakan matram dalam agama Hindu di Bali dan Indonesia pada umumnya. Mantram ini dilaksanakan dalam tiga antaranya pada pagi hari sata matahari terbit, siang hari, dan sore hari. Baca juga Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara Berikut lirik "Puja Trisandya".Bait IOm bhùr bhvah svahtat savitur varenyambhargo devasya dhimahidhiyo yo nah pracodayà t OM adalah Bumi, Langit, dan kita bermeditasi pada cahaya Mataharidan semoga pikiran kita menjaditerinspirasi oleh cahaya ilahi itu. Bait IIOm Nà rà yana evedam sarvamyad bhùtam yac ca bhavyamniskalanko nirañjano nirvikalponirà khyà tah suddo deva ekoNà rà yano na dvitìyo’sti kascit OM, Narayana adalah semua yang telah dan akan menjadi,bebas dari noda, bebas dari kotoran,pernah ada dan tanpa bentuk,Dewa Suci Narayana,Dia satu-satunya dan tidak ada yang lain. Bait IIIOm tvam sivah tvam mahà devahìsvarah paramesvarahbrahmà visnusca rudrascapurusah parikìrtitah OM, Ia adalah Siwa, Ia adalah Dewa Agung;Anda adalah Iswara, Parameshvara;Anda adalah Brahma, Wisnu, dan Rudra;Anda adalah Purusha, jiwa tertinggi, dan sumber segalanya.
Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan – baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah – didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalà ya namah swà ha Artinya Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu telah duduk tenang, suci dan tiada noda. Kalau tersedia air, bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram Om suddha mà m swà ha Artinya Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan. Lalu, posisi tangan di balik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram Om ati suddha mà m swà ha Artinya Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri. Kalau tersedia air maksudnya air dari rumah, bukan tirtha, lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati Om Ang waktra parisuddmà m swà ha atau lebih pendek Om waktra suddhaya namah Artinya Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibu jari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra Om Am dupa dipà straya nama swà ha Artinya Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinarMu. Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja Mantram Gayatri tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini Mantram Trisandhyà Om bhùr bhvah svah tat savitur varenyam bhargo devasya dhimahi dhiyo yo nah pracodayà t Om Nà rà yana evedam sarvam yad bhùtam yac ca bhavyam niskalanko nirañjano nirvikalpo nirà khyà tah suddo deva eko Nà rà yano na dvitìyo’sti kascit Om tvam sivah tvam mahà devah ìsvarah paramesvarah brahmà visnusca rudrasca purusah parikìrtitah Om pà po’ham pà pakarmà ham pà pà tmà pà pasambhavah trà hi mà m pundarìkà ksa sabà hyà bhyà ntarah sucih Om ksamasva mà m mahà deva sarvaprà ni hitankara mà m moca sarva pà pebyah pà layasva sadà siva Om ksà ntavyah kà yiko dosah ksà ntavyo và ciko mama ksà ntavyo mà naso dosah tat pramà dà t ksamasva mà m Om sà ntih, sà ntih, sà ntih, Om Terjemahannya Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita. Ya Tuhan, Nà rà yana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nà rà yana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua. Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahà dewa, Iswara, Parameswara, Brahmà , Wisnu, Rudra, dan Purusa. Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba. Ya Tuhan, ampunilah hamba Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi. Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba. Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya. Telah Dibaca 28,960
mantram tri sandya dan panca sembah